Artikel ini terakhir diperbarui pada Maret 25, 2024
Table of Contents
Pembunuhan Brutal terhadap Walikota Termuda Ekuador Menyoroti Meningkatnya Kekerasan Politik
Akhir Tragis Seorang Pemimpin Muda
Ekuador berduka atas kehilangan wali kota termudanya, Brigitte García, 27 tahun, yang menjadi korban pembunuhan brutal. Dia ditemukan tak bernyawa di dalam kendaraannya bersama direktur komunikasinya, keduanya korban penyergapan fatal yang dilakukan dari mobil sewaan. Hingga saat ini, pihak berwenang belum mengidentifikasi motif atau tersangka kejahatan keji tersebut.
Peran Utama García dalam Politik
Perjalanan politik García mengalami peningkatan setelah ia menang dalam pemilihan sela tahun lalu sebagai kandidat dari partai Gerakan Revolusi Sipil, yang sebelumnya dipimpin oleh mantan presiden Rafael Correa. Dengan mengantongi lebih dari sepertiga total suara, ia menjadi wali kota kota kecil pesisir San Vicente, sehingga menjadi wali kota termuda di Ekuador.
Lonjakan Pembunuhan Politik
Pembunuhan García menandai pembunuhan politik ketiga di Ekuador hanya dalam satu tahun. Sebelumnya, calon presiden Fernando Villavicencio ditembak mati di luar sebuah sekolah di Quito selama kampanye pemilihannya, dan seorang walikota terbunuh sebulan sebelumnya. Mengingat ancaman besar tersebut, dapat dimengerti bahwa banyak walikota yang menghindari tugas resmi mereka, seperti yang dilaporkan oleh El País.
Senada dengan sentimen banyak orang, Luisa Gonzalez, mantan kandidat presiden lainnya dari Gerakan Revolusi Sipil, mengunggah di media sosial bahwa ia kehilangan kata-kata atas pembunuhan mengerikan tersebut dan menyimpulkan, “Tidak ada seorang pun yang aman di Ekuador.”
Semua politisi yang dibunuh secara brutal berasal dari provinsi pesisir Manabí, yang sangat menderita akibat buruknya kejahatan terorganisir. Hal ini semakin diperparah dengan letak geografis wilayah ini yang berada di dekat Samudera Pasifik, menjadikannya sarang aktivitas perdagangan narkoba internasional.
Perjuangan Ekuador dengan Kekerasan
Pembunuhan García termasuk dalam pola insiden kekerasan yang mengkhawatirkan yang melanda Ekuador belakangan ini. Presiden Ekuador, Daniel Noboa, mendeklarasikan keadaan darurat pada bulan Januari menyusul pembobolan penjara seorang pemimpin geng utama, sehingga memicu negara tersebut menjadi negara yang dilanda kekerasan. Dalam salah satu insiden tersebut, sekelompok penyerang bersenjata mengambil alih sebuah saluran televisi. Tragisnya, jaksa penuntut yang menyelidiki kasus ini terbunuh dalam perjalanan menuju persidangan.
Dalam upayanya memulihkan hukum dan ketertiban, Noboa telah memanggil militer dan menyebut 22 sindikat narkoba sebagai kelompok teroris. “Kami tidak akan membiarkan kelompok teroris mengganggu perdamaian negara,” tegasnya.
Be the first to comment