Erik Dijkstra menyelidiki seni curian dalam program baru

Artikel ini terakhir diperbarui pada Mei 8, 2023

Erik Dijkstra menyelidiki seni curian dalam program baru

stolen art

Erik Dijkstra menyelidiki asal usul karya seni yang dicuri dalam sebuah program baru

BNNVARA baru-baru ini meluncurkan program baru Seni Atap, yang berfokus pada penyelidikan asal benda seni yang berakhir di museum Barat dalam keadaan yang meragukan. Setiap episode menampilkan satu objek yang saat ini dipajang di museum Eropa. Presenter Erik Dijkstra bertujuan mengungkap kebenaran di balik seni curian dan kisah pemilik aslinya.

Menggali kisah Intan Banjarmasin

Episode pertama acara dimulai dengan Intan Banjarmasin, yang diambil oleh pasukan Belanda sebagai rampasan perang pada tahun 1859 ketika mereka merebut kota itu dengan paksa. Batu berharga itu sekarang disimpan di Rijksmuseum sebagai bagian dari koleksi permanennya. Dijkstra melakukan perjalanan ke Indonesia untuk bertemu dengan kemungkinan ahli waris dari pemilik asli berlian dan untuk mengeksplorasi sejarah batu tersebut.

Dijkstra juga mempertanyakan mengapa Belanda belum juga mengembalikan intan tersebut. Dia percaya bahwa program Seni Atap berfungsi tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran tentang seni curian tetapi juga untuk mengatasi cara-cara paksa di mana negara-negara kolonial berurusan dengan masa lalu mereka.

Mengungkap kisah di balik Mahkota Bulu Moctezuma

Objek lain yang ditampilkan dalam program ini adalah Mahkota Bulu dari pemimpin Aztec Moctezuma, yang saat ini dipajang di Wina. Asal usul mahkota bulu tidak pasti, tetapi diyakini secara luas bahwa itu dikumpulkan oleh Hernán Cortés pada abad ke-16 dan dibawa ke Eropa sebagai hadiah kepada Kaisar Charles V dari Spanyol.

Dijkstra melakukan perjalanan ke Meksiko untuk menjelajahi kisah mahkota bulu dan kemungkinan kaitannya dengan warisan Moctezuma. Dia juga membahas masalah restitusi dan menanyakan apakah negara-negara Eropa harus mengembalikan benda-benda yang memiliki makna budaya kepada pemiliknya yang sah.

Kisah patung besi dewa Gou

Program ini juga menampilkan patung besi dewa Gou seukuran aslinya dari Benin, yang merupakan bagian dari koleksi Louvre di Paris. Patung itu diambil oleh pasukan Prancis pada tahun 1892 saat ekspedisi militer ke Benin.

Dijkstra menyelidiki kisah masyarakat Benin dan dampak penjajahan terhadap warisan budaya mereka. Dia juga mempertanyakan etika dan moralitas menyimpan karya seni curian di museum Eropa dan bertanya apakah sudah waktunya benda-benda ini dikembalikan ke pemiliknya yang sah.

Program Seni Atap Erik Dijkstra bukan hanya tentang mengungkap kebenaran di balik seni curian, tetapi juga tentang mengeksplorasi cara kekuatan kolonial menangani masa lalu mereka. Setiap episode menimbulkan pertanyaan tentang etika menyimpan seni curian dan menantang pemirsa untuk berpikir tentang nilai sebenarnya dari warisan budaya, baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang.

seni yang dicuri

Bagikan dengan teman

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*